Love Story Reformasi
2004. Kisah dirangkai oleh Lanang (Tengku Firmansyah) dan Novi (Dwi Asih). Mereka sejoli yang aktif berunjuk rasa menentang penguasa, sebagaimana jamaknya mahasiswa-mahasiswa diawal maraknya gelombang pro reformasi tanah air. Hari itu pas ulang tahun Novi. Ia mengurungkan niat ikut demo, karena terbujuk Indri (Marissa) untuk berpesta ultah di rumah Indri. Sebaliknya Lanang, ia merasa perlu bergabung dengan demo hari itu, dengan agenda tetap menolak Sidang Istimewa. Tetapi demi ulang tahun kekasihnya, Lanang berjanji bertemu Novi di suatu sudut Semanggi, disela-sela aksi demo. Sebelum melompat ke metromini yang membawanya ke lokasi unjuk rasa, ia masih sempat menyerahkan kado tasbeh sederhana yang diterima Novi dengan bahagia.
Sejarah mencatat hari itu pengamanan aksi demonstrasi kebablasan dengan ditembaknya mahasiswa-mahasiswa oleh aparat. Mahasiswa yang mundur ke dalam kampus Atmajaya diburu. Gas air mata mengisi udara, peluru berdesingan, batu berterbangan, bom molotov berhamburan. Ratusan aktifis luka-luka. Jeritan, letusan, dan raung sirene adalah mimpi terburuk para anak bangsa yang tuntutannya hanyalah supaya penguasa negeri ini lebih becus menegakkan demokrasi dan keadilan.
Novi yang firasatnya tak enak pergi meninggalkan pesta, dan berjuang mencapai Semanggi yang sudah rusuh. Pada tempat pertemuan yang dijanjikan tak ditemui Lanang. Korban berjatuhan semakin banyak. Kekacauan menjadi-jadi. Jantungnya berdetak kian kencang. Selamatkan Lanang?
Cerita yang melingkupi kejadian 24 jam dari pukul enam pagi ke pagi keesokan harinya ini, tidak hanya melulu bertutur tentang Lanang dan Novi. Bersamanya ada cerita Rudi Cahyadi (Anwar Fuady) konglomerat yang berusaha mengevakuasi keluarganya ke Singapura, serta pensiunan anggota MPR yang idealis Satyagraha (Slamet Rahardjo) dan istrinya yang aktifis (Hana Wijaya). Juga ada Jeng Tri (Berliana Febrianty), anak mantan menteri Orde Lama yang tersingkirkan sepanjang pemerintahan Orde Baru. Melengkapi barisan ini, sosok mahasiswa aktifis yang menjadi koordinator lapangan diwakili oleh Poyonk (Dede Yusuf), sebuah nama yang diyakini kreator film ini memang pernah ada.
Pantas diketahui, Dwi Asih dan Marissa adalah pendatang baru yang terjaring melalui proses casting yang terbuka. Mereka lolos dari 80-an pelamar yang tertarik membintangi film ini. Tidak hanya itu, film ini juga didukung oleh mahasiswa-mahasiswi dari pelbagai perguruan tinggi di Jakarta. Alhasil, teman-teman Novi dan Lanang adalah juga para wajah baru yang memang baru kali ini bermain untuk layar lebar. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Kepada pers Lukmantoro DS membeberkan bahwa ia memberi kesempatan bintang-bintang baru untuk beradu akting dengan senior-senior mereka, sebagai sebuah proses belajar dan transfer ilmu. Ia mengaku, Roy Marten, Rae Sita dan Anwar Fuady adalah aktor-aktor yang ditemukannya dengan taktik ini.
Walau Novi dan Lanang kisah khayalan, bukan tak mungkin dari ribuan mahasiswa yang berunjukrasa dan tertindas, ada sepasang sejoli yang janji bertemu entah disebelah mana Semanggi. Namun yang jelas-jelas nyata adalah fakta kekerasan yang diungkap film ini. Memang, film ini dikombinasikan dengan footage-footage asli yang terekam kamera para jurnalis yang meliput saat itu.
Bagaimanapun film ini akan membuka lagi luka lama peristiwa berdarah bentrokan mahasiswa dan aparat. Padahal enam tahun berlalu, nyaris tak ada yang tersisa dari peristiwa Semanggi selain keluarga korban, yang hingga detik ini masih mencari keadilan. Mestinya disambut positif keputusan Griya Sembada dan MM Audio Visual Production untuk memproduksi film dengan setting reformasi.
Begitu film ini mentas di bioskop-bioskop, hutang moral untuk merekam peristiwa Semanggi yang pilu itu tunai sudah. Tatkala sebuah karya kreatif menjadi sebuah kekuatan, yang sanggup menularkan kedewasaan bersikap dalam memandang sejarah. Syukur-syukur berkaca dari sana.
Crew & Artis :
Dede Yusuf
Slamet Rahardjo
Anwar Fuady
Tengku Firmansyah
Dwi Asih Setyawati
Sabri Saiman (Anggota DPR RI Fraksi PAN) : Produser
Lukmantoro : Sutradara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar